Viral Salat Id di Ponpes Al Zaytun Indramayu, MUI Jabar: Tidak Sesuai dengan Syariat
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat merespons soal viralnya pelaksanaan salat Idulfitri di Pondok Pesantren (Ponpes) A-Zaytun, Indramayu. Pasalnya, salat id yang dilakukan di Ponpes tersebut tak biasa.
Sekretaris MUI Jabar Rafani Akhyar menilai, tata cara salat id yang dilakukan jemaah Al Zaytun tak lazim dan tidak sesuai dengan syariat. Pihaknya pun mendorong aparat untuk mencari tahu maksud dan tujuan salat tak biasa itu.
Rafani menilai ketidaklaziman itu adalah jemaah perempuan yang berdiri di barisan depan laki-laki, yang mana seharusnya ada di saf belakang.
“Jadi gini, itu salat id di Al-Zaytun kemarin kalau mengukur dengan tata cara salat berjemaah jelas di luar ketentuan syariat ya. Wanita itu dalam ketentuan tidak di posisi depan ya tapi di belakang, itupun harus pakai pembatas,” kata Rafani dikonfirmasi, Senin (24/4).
“Nah, itu bukan soal tidak menghargai wanita tapi itu ketentuan syariat tata cara salat berjemaah,” sambungnya.
Ia menerangkan, jika ada seorang wanita yang salat di saf terdepan, sementara di belakangnya ada jemaah laki-laki hak itu bakal mengganggu kekhusyukan dari salat yang dilaksanakan.
“Secara logika, kalau wanita di depan itu pasti menganggu jemaah di belakang laki-laki, ya bisa dibayangkan mengganggu apa,” ujarnya.
Bukan hanya itu, Ia juga menyoroti keberadaan dua orang di belakang imam seperti yang terekam dalam video saat jemaah Al-Zaytun melakukan salat id pada Sabtu (22/4).
Dalam foto yang beredar di media sosial, ada dua orang yang salat di belakang imam, namun posisinya tak sejajar dengan saf jemaah lain. Imam seolah-olah dikawal saat memimpin salat.
“Saya lihat di video, itu imam seperti diapit pengawal dua orang. Itu enggak ada dari mana contohnya, kan gak ada contohnya salat begitu, Masa imam dikawal, namanya salat kan mau menghadap Allah ya Yang Maha Kuat, Maha Kuasa, kita ini adalah hamba jadi tidak ada lagi pengawalan atau apalah namanya,” jelasnya.
Hal lain yang janggal ialah soal jarak saat salat hingga pakaian jemaah yang diketahui menggunakan pakain formal yakni jas dan berdasi.
Menurutnya, hal itu mencerminkan kesan eksklusif dari Al-Zaytun dan itu tidak sesuai dengan ketentuan berpakaian saat beribadah.
“Ketentuannya salat berjemaah justru harus dirapatkan. Terus pakai jas dasi mencerminkan eksklusif, mereka itu sangat eksklusif. Kalau masyarakat umum enggak mungkin salat pakai jas dasi segala disamping, enggak ada ketentuannya,” jelasnya.
“Salat itu memang menutup aurat ya, kedua dianjurkan pakai pakaian yang layak yang bagus tapi bukan berarti pakaian resmi jas berdasi gitu. Kalau jas dasi, bayangkan jika masyarakat pakai, beli dari mana memberatkan, jadi itu ciri eksklusif mereka gitu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ia pun menyayangkan dengan munculnya kontroversi dari Ponpes Al-Zaytun.
Padalah, kata dia, umat Islam baru saja merayakan Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah namun kemunculan video salat id tersebut membuat gaduh masyarakat.
“Yang harus direnungkan ini, ada apa Al-Zaytun ini tiba-tiba viral hal kontroversi padahal umat baru saja Idulfitri ya, tapi Alhamdulillah umat sudah dewasa, Idulfitri berjalan baik yang Jumat maupun Sabtu dengan khidmat,” terangnya.
Sumber JPNN