Ujian Nasional, Murid: Nilai Kecil Lulus, seperti Tak Ada Gunanya
Rencana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menghapus Ujian Nasional mulai 2021, mendapat tanggapan beragam dari murid dan guru.
Siswa kelas XII SMA Negeri 4 Bandung, M. Ramadhani Husaeni Fikri, juga merasa ujian nasional hanya suatu persyaratan. "Kalau toh nilai kecil, lulus sekolah juga. UN jadi terkesan enggak ada fungsinya,” kata dia seperti dimuat Koran Tempo, Kamis, 28 November 2019.
Di mata sejumlah murid, ujian nasional tak lebih dari sekadar untuk mengharumkan nama sekolah. Hidayat, siswa kelas XII SMA 21 Makassar mengatakan para murid sesungguhnya tidak rugi jika UN dihapuskan. "Memang, kalau nilai UN tertinggi, nama sekolah juga naik," katanya.
Murid kelas XII SMA Negeri 1 Bogor, Muhammad Rafi Taufiqulhakim, mengatakan ujian nasional hanya menjadi beban. Sebab, setelah melalui ujian nasional, mereka masih harus mempersiapkan ujian untuk masuk perguruan tinggi. "Mending satu ujian saja langsung untuk universitas. Jadi enggak perlu ada dua kali ujian, satukan saja," ujarnya.
Nimas Dwi Safitri, guru komputer di SMK 12 Antartika Sidoarjo, Jawa Timur, , mengatakan ujian nasional tetap diperlukan untuk mengetahui hasil evaluasi belajar siswa. Namun, menurut dia, ujian nasional tak seharusnya menjadi pertimbangan utama untuk meluluskan murid sekolah.
Ia pun kini sedang menyiapkan ujian nasional 2020 dengan serius. Bagi Nimas, ujian nasional adalah penentu prestasi sekolah dan keberhasilan guru dalam mendidik. Menurut dia, dalam lima bulan menjelang ujian, sekolah menyiapkan bimbingan belajar tambahan untuk para siswa kelas XII. Bimbingan tambahan itu berupa empat mata pelajaran yang menjadi materi ujian nasional. "Mereka dilatih mengerjakan soal-soal ujian nasional," kata Nimas.
Selain mengupayakan dengan pelajaran tambahan, Nimas menambahkan, para siswa diwajibkan mengikuti doa bersama. Untuk siswa yang beragama Islam, harus mengikuti istigasah dan zikir bersama tiap Jumat. Untuk yang beragama lain, diajak berdoa bersama sesuai dengan keyakinannya.
Menurut Nimas, sekolah harus memastikan para siswa lulus ujian nasional dengan hasil yang memuaskan. Sebab, meski ujian nasional tak lagi jadi penentu kelulusan, gengsi sekolah dipertaruhkan. "Karena buat sekolah itu prestise. Kalau ada yang enggak lulus, nanti dianggap enggak becus mendidik," ucap dia.
Tak hanya untuk sekolah, rendahnya nilai siswa dalam ujian nasional menjadi tekanan bagi para pengajar. Nimas mengatakan kinerja guru bakal dipertanyakan jika ada siswa yang tak lulus ujian nasional. "Kalau siswa enggak lulus, nanti guru dianggap berkinerja jelek. Padahal kan yang diukur seharusnya bukan hanya nilai, tapi ada akhlak juga," katanya.
Adapun M. Vishal, siswa kelas XII SMK 12 Antartika, sependapat dengan Nimas, gurunya. Ia mengatakan ujian nasional penting untuk mengukur kemampuan dan pengetahuan siswa dalam bidang pelajaran tertentu. "Saya tidak setuju kalau UN dihapus," ujarnya.
Sumber Tempo.co